Di era globaliasasi sekarang ini,Dunia industri media negara kita sudah mengalami kemajuan dengan pesat,hal ini tentunya banyak menjadi sorotan dan di sinilah mendorong para industri media untuk dapat mendisain serta mengkonsep dari segi penempatanya para media menjadi fokus titik awal yang harus di perhatikan, melalui pengelola media banyak terjadi kesimpangsiuran dalam isi penayanganya,media mempunyai andil dan kekuatan di dalam mempengaruhi kehidupan kita.
Industri media globalisasi mempunyai hegemoni dominan yang signifikan didalam mengonstruksi distribusi pesan media (Understanding The Media, Eoin Devereux, 2003). Pada hakekatnya media diciptakan untuk semakin memudahkan kehidupan kita,akan tetapi kalau masyarakat kita belum atau tidak bisa menyingkapi secara bijak,bukan tidak mugkin justru nantinya akan menjadi media alat musuh kita sendiri.
Sebagai contoh pemberitaan di media massa yang kadang selalu memojokkan pihak tertentu dengan mengungkap aib pribadi yang bersangkutan. Infotaintment selalu mengekspose masalah pribadi seorang artis hinga hal-hal yang bersifat rahasia pribadi. Di sini masalah pribadi atau privat sudah hialng. Batas-batas antara hal-hal yang bersifat privat dan hal-hal yang bersifat public pun menjadi hilang. Semuanya dapat dikonsumsi oleh public dengan bebas. Media menjadi pemeran utama dalam kaburnya batas-batas antara public dan privat.
Siapkah masyarakat kita?
Sadar atau tidak secara sadar media mempunyai dampak positif ataupun negatif di dalam mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku tindakan masyarakat kita, dunia perfilman kita lebih banyak menyuguhkan film dengan tema cinta murahan dan horor. ironisnya masyarakat dunia industri ini laris manis dihati masyarakat kita,industri perfilman indonesia banyak terpengaruh film-film negeri yang cenderung hedonis.seharusnya media film dapat digunakan sebagai sarana untuk mendidik dan memberi pengetahuan tentang realitas sosial yang terjadi di masyarakat kita. kenyataanya sekarang film-film atau acara-acara televisi relativi menayangkan tontonan murahan yang tidak mendidik bahkan meracuni.
Media penyiaran di negara kita akhir-akhir ini bila kita amati keadaanya sudah semakin menghawatirkan,hal ini dapat kita lihat pada tayangan infotainment yang relatif menyoroti sisi kehidupan dan keburukan para artis. Sebagai contoh tengok saja tema perselingkuhan dan perceraian yang belangkangan ini sangat marak di expose, disini bila kita kaji isi pemberitaan bukan tidak mungkin terjadi adanya bentuk hiberbolisasi, hal ini tentunya nanti akan membentuk image masyarakat kita menjadi buruk, belum lagi dapat mempengaruhi bentuk pola pikir psikologis masyarakat kita takut,bahkan trauma di dalam pasangan suami-istri menjalani suatu ikatan pernikahan. bukankah masih banyak problematika moral bangsa yang perlu diangkat dan dipublikasikan, banyak tayangan televisi yang menayangkan secara tidak mendidik, banyak mempengaruhi yang cenderung merusak moral, terutama pada anak-anak remaja yang masih labil kadar egonya, media di negara kita tidak layaknya hanya mengejar dan berorientasi bisnis yang menghasilkan keuntungan bagi segelintir petinggi media yang mempunyai otoritas di dalam mengkonsep isi tayangan media. Menurut hemat saya seharusnya media penyiaran dapat kita jadikan sebuah tolak ukur untuk mencerdaskan, membangkitkan rasa nasionalisme moral bangsa kita tercinta ini.
Globalisasi yang ditandai dengan melimpahnya dan tak terbendungnya ekspansi media sekaligus menancapkan pengaruhnya yang sangat luar biasa pada khalayak, membentuk sebuah “desa global” yang terintegrsi secara global. Kita dengan mudah mendapatkan berita atau informasi apapun di seluruh pelosok dunia dengan sekejap. Ini semua disebabakan kekuatan media yang sudah terintegrasi secara sistematis.
Namun diluar itu semua, kekhawatiran kita seharusnya pada sifat media yang terintegrasi dan memberi dampak yang luar biasa pada kehidupan masyarakat. filterisasi dan penangkalan dari aktifnya persebaran dampak media yang tentu saja mengandung unsur yang negatif dan positif, seharusnya menjadi perhatian kita selanjutnya. Kesadaran akan dampak negatif yang ditimbulkan oleh media seharusnya menjadikan kita lebih hati-hati dalam mengkonsumsi informsi semua tayangan-tayangan yang di sajikan oleh media.
Sayangnya, masyarakat kita cenderung apatis dan menerima tanpa berpikir kritis apa yang di sajikan oleh media. Kesadaran akan dampak yang di tularkan oleh media harus segera ditumbuhkan. Walaupun kuatnya pengaruh media bias sangat tidak disadari, karena keberadaan dan pengaruhnya sangat sistematis dan masif.
Selalu ada dua sisi dalam pandangan secara luas. Selalu ada positif dan negatif, katakan ketika media semakin banyak beredar dan akes media bisa didapatkan secara mudah dan praktis namun di sisi lain kita harus memperhatikan content atau isi media secara cermat. Dan tidak langsung mencerna isi media secara mentah-mentah kita membutuhkan semacam filter pengetahuan faktual sehingga akurasi berita bisa dipercaya sebagai konsumsi perjalanan sejarah. Disini rasanya program-progam seperti melek media dibutuhkan masyarakat pada umumnya agak paling tidak khalayak ramai juga lebih cerdas dalam mengkonsumsi media.
Ada dua gejala yang senatiasa muncul dalam industri media. di satu sisi, lingkungan komersil uang kompetitif mungkin akan dapat menimbulkan dampak positif terhadap kreativitas dan inovasi. Disisi lain pertimbangan pasar berdasar tradisi rating, menembus semua tingkat pengambilan keputusan dan sering kali mengabaikan kualitas content. Kadang estetika dan sosial dan psikoloogis tontonan (Kekuasan dan Hiburan,Garin Nugroho,1995).
Seyogyanya pemerintah dirasa perlu memperhatikan seperti menyempurnakan kode etik jurnalistik dan pengelolaan media bagaimana agar pemilik media bisa benar-benar menjalankan proses media seideal mungkin.